Terangkan siklus hidup dari masing-masing stadium Trematoda dalam gambar di bawah ini :
Gambar 41 : Yusrifal Hadi
Gambar 42 : Fazrul Mandar
Gambar 43 : Fikram S Domo
Gambar 44 : Hariati Nurdin
Gambar 45 : Harmin Adi
Gambar 46 : Intan Purwasari Saleh
Gambar 47 : Sanusi Husain
Thursday, April 24, 2014
TUGAS VI ( no urut absen 39 - 44 )
Terangkan siklus hidup dari masing-masing stadium Trematoda dalam gambar di bawah ini :
Gambar 36 : Syahbuddin
Gambar 37 : Tamim Umar
Gambar 38 : Teti Fatimah
Gambar 39 : Yuniati
Gambar 40 : Yus Putra Fitriyanto
Gambar 36 : Syahbuddin
Gambar 37 : Tamim Umar
Gambar 38 : Teti Fatimah
Gambar 39 : Yuniati
Gambar 40 : Yus Putra Fitriyanto
TUGAS VI ( no urut absen 30 - 38 )
Terangkan siklus hidup dari masing-masing stadium Trematoda dalam gambar di bawah ini :
Gambar 27 : Rifaldi M Junaidi
Gambar 28 : Rudi Christanto
Gambar 29 : Rujia Dokulamo
Gambar 30 : Rosdiyana Rasyid
Gambar 31 : Samsir Soleman
Gambar 32 : Sarni Kadir
Gambar 33 : Sitra Sibua
Gambar 34 : Sridewi Hasan
Gambar 35 : Sukri Harimun
Gambar 27 : Rifaldi M Junaidi
Gambar 28 : Rudi Christanto
Gambar 29 : Rujia Dokulamo
Gambar 30 : Rosdiyana Rasyid
Gambar 31 : Samsir Soleman
Gambar 32 : Sarni Kadir
Gambar 33 : Sitra Sibua
Gambar 34 : Sridewi Hasan
Gambar 35 : Sukri Harimun
TUGAS VI ( no urut absen 19 - 29 )
Terangkan siklus hidup dari masing-masing stadium Trematoda dalam gambar di bawah ini :
Gambar 17 : Munir Abd.Rahim
Gambar 22 : Nursan Maulur
Gambar 23 : Nuraida S Hamisi
Gambar 24 : Nuryani Tuti
Gambar 25 : PutrieMegasari Kharie
Gambar 26 : Rahmat Udin
Gambar 27 : Ratih Misrina Idris
Gambar 17 : Munir Abd.Rahim
Gambar 18 : Nurafni Radji
Gambar 19 : Nurlita Arahman
Gambar 20 : Nurnayang Dasri
Gambar 21 : Nurwati Madilao
Gambar 22 : Nursan Maulur
Gambar 23 : Nuraida S Hamisi
Gambar 24 : Nuryani Tuti
Gambar 25 : PutrieMegasari Kharie
Gambar 26 : Rahmat Udin
Gambar 27 : Ratih Misrina Idris
Wednesday, April 23, 2014
TUGAS VI ( no urut absen 11 - 18 )
Terangkan siklus hidup dari masing-masing stadium Trematoda dalam gambar di bawah ini :
Gambar 9 : Hisbullah Sidasi
Gambar 10 : Hisbullah S Zaenal
Gambar 11 : Idhar A Jumlan
Gambar 12 : Ikbal M Kadir
Gambar 13 : Indri Yani Hamzah
Gambar 9 : Hisbullah Sidasi
Gambar 10 : Hisbullah S Zaenal
Gambar 11 : Idhar A Jumlan
Gambar 12 : Ikbal M Kadir
Gambar 13 : Indri Yani Hamzah
Gambar 14 : Irfan M Marajabessi
Gambar 15 : Juhairiah Nurhayati
Gambar 16 : Mahdi Soamole
TUGAS VI ( no urut absen 1 - 10 )
Terangkan siklus hidup dari masing-masing stadium Trematoda dalam gambar di bawah ini :
Gambar 1 : Anjasmoro Abd. Samad
Gambar 6 : Fikri Abubakar
Gambar 1 : Anjasmoro Abd. Samad
Gambar 2 : Asmawati Nurdin
Gambar 3 : Dahlan Umasangaji
Gambar 4 : Dewi Safitri Ansar
Gambar 5 : Diana Merliana
Gambar 6 : Fikri Abubakar
Gambar 7 : Fina J Duwila
Gambar 8 : Fitriyanti Kaidati
Saturday, April 5, 2014
Cara penilaian hasil akhir berdasarkan persentasi untuk mata kuliah Parasitologi
Untuk mendapatkan nilai akhir dalam bentuk nilai mutu (nilai A, B, C, D, atau E) berdasarkan persentasi adalah :
1. Kehadiran (10%)
2. Nilai Tugas (10%)
3. Nilai Praktikum (5%)
4. Nilai Kuis (10%)
5. UTS (25%)
6. UAS (40%)
1. Kehadiran (10%)
Nilai kehadiran didapat dari :
Jumlah kehadiran selama kuliah dibagi total jumlah pertemuan dikali 10
Misal : kehadiran 5x dari 10x maka penghitungan nilainya adalah :
(5/10) x 10 =5
Maka nilai kehadirannya adalah 5
2. Nilai tugas (10%)
Nilai tugas didapat dari :
Jumlah nilai tugas dibagi banyaknya tugas, dibagi total nilai tertinggi tugas (yaitu 100) dikali 10
Misal : selama kuliah Parasitologi mengerjakan tugas 5x dari 10x tugas yang diberikan, dengan nilai tugas yang dikumpulkan adalah 100, 90, 100, 70, 50 maka penghitungan nilainya adalah :
(100 + 80 + 100 + 60 +80) /10 = 42 lalu
(42/100) x 10 = 4,2
Maka nilai tugasnya adalah 4,2
3. Nilai praktikum (5%)
Nilai praktikum didapat dari :
Jumlah nilai praktikum dibagi nilai tertinggi dalam praktikum (yaitu 100) dikali 5
Misal : Jumlah nilai praktikum 80, maka penghitungan nilainya adalah :
(80/100) x 5 = 4
Maka nilai praktikumnya adalah 4
4. Nilai kuis (10%)
Nilai kuis didapat dari :
Jumlah nilai kuis dibagi banyaknya kuis, dibagi total nilai tertinggi kuis (yaitu 100) dikali 10
Misal : selama kuliah Parasitologi mengikuti kuis 5x dari 10x kuis yang diberikan, dengan nilai kuis yang dikumpulkan adalah 80, 60, 70, 80, 50, maka penghitungan nilainya adalah :
(80 + 60 + 70 + 80 + 50) /10 = 34 lalu
(34/100) x 10 = 3,4
Maka nilai kuisnya adalah 3,4
5. UTS (25%)
Nilai UTS adalah nilai UTS yang didapatkan dibagi nilai tertinggi UTS (yaitu 100) dikali 25
Misal : nilai UTS yang didapatkan 80, maka penghitungan nilai UTS nya adalah :
(80/100) x 25 = 20
Maka nilai UTS nya adalah 20
6. UAS (40%)
Nilai UAS adalah nilai UAS yang didapatkan dibagi nilai tertinggi UAS (yaitu 100) dikali 40
Misal : nilai UAS yang didapatkan 90, maka penghitungan nilai UAS nya adalah :
(90/100) x 40 = 36
Total nilai keseluruhan mahasiswa tersebut adalah :
5 + 4,2 + 4 + 3,4 + 20 + 36 = 72,6 (B)
Batas nilai mutu :
0 - 40 = E (Gagal) MENGULANG
41 - 55 = D (Kurang) REMEDIAL, MENGULANG
56 - 67 = C (Cukup)
68 - 78 = B (Baik)
79 - 100 = A (Baik sekali)
1. Kehadiran (10%)
2. Nilai Tugas (10%)
3. Nilai Praktikum (5%)
4. Nilai Kuis (10%)
5. UTS (25%)
6. UAS (40%)
1. Kehadiran (10%)
Nilai kehadiran didapat dari :
Jumlah kehadiran selama kuliah dibagi total jumlah pertemuan dikali 10
Misal : kehadiran 5x dari 10x maka penghitungan nilainya adalah :
(5/10) x 10 =5
Maka nilai kehadirannya adalah 5
2. Nilai tugas (10%)
Nilai tugas didapat dari :
Jumlah nilai tugas dibagi banyaknya tugas, dibagi total nilai tertinggi tugas (yaitu 100) dikali 10
Misal : selama kuliah Parasitologi mengerjakan tugas 5x dari 10x tugas yang diberikan, dengan nilai tugas yang dikumpulkan adalah 100, 90, 100, 70, 50 maka penghitungan nilainya adalah :
(100 + 80 + 100 + 60 +80) /10 = 42 lalu
(42/100) x 10 = 4,2
Maka nilai tugasnya adalah 4,2
3. Nilai praktikum (5%)
Nilai praktikum didapat dari :
Jumlah nilai praktikum dibagi nilai tertinggi dalam praktikum (yaitu 100) dikali 5
Misal : Jumlah nilai praktikum 80, maka penghitungan nilainya adalah :
(80/100) x 5 = 4
Maka nilai praktikumnya adalah 4
4. Nilai kuis (10%)
Nilai kuis didapat dari :
Jumlah nilai kuis dibagi banyaknya kuis, dibagi total nilai tertinggi kuis (yaitu 100) dikali 10
Misal : selama kuliah Parasitologi mengikuti kuis 5x dari 10x kuis yang diberikan, dengan nilai kuis yang dikumpulkan adalah 80, 60, 70, 80, 50, maka penghitungan nilainya adalah :
(80 + 60 + 70 + 80 + 50) /10 = 34 lalu
(34/100) x 10 = 3,4
Maka nilai kuisnya adalah 3,4
5. UTS (25%)
Nilai UTS adalah nilai UTS yang didapatkan dibagi nilai tertinggi UTS (yaitu 100) dikali 25
Misal : nilai UTS yang didapatkan 80, maka penghitungan nilai UTS nya adalah :
(80/100) x 25 = 20
Maka nilai UTS nya adalah 20
6. UAS (40%)
Nilai UAS adalah nilai UAS yang didapatkan dibagi nilai tertinggi UAS (yaitu 100) dikali 40
Misal : nilai UAS yang didapatkan 90, maka penghitungan nilai UAS nya adalah :
(90/100) x 40 = 36
Total nilai keseluruhan mahasiswa tersebut adalah :
5 + 4,2 + 4 + 3,4 + 20 + 36 = 72,6 (B)
Batas nilai mutu :
0 - 40 = E (Gagal) MENGULANG
41 - 55 = D (Kurang) REMEDIAL, MENGULANG
56 - 67 = C (Cukup)
68 - 78 = B (Baik)
79 - 100 = A (Baik sekali)
Wednesday, April 2, 2014
NEMATODA JARINGAN DAN DARAH
Pendahuluan
Nematoda jaringan dan darah termasuk dalam famili Filaridae karena itu disebut juga dengan cacing Filaria. Cacing Filaria mempunyai lebih dari 200 spesies namun hanya beberapa di antaranya yang terdapat pada manusia. Spesies filaria yang paling sering menginfeksi manusia adalah :
Cara filaria menginfeksi manusia adalah melalui gigitan vektor Artropoda misalnya nyamuk. Vektor ini menjadi infektif karena menelan mikrofilaria yang berada dalam darah mamalia. Setiap filaria memiliki siklus hidup yang kompleks. Infeksi pada manusia terjadi apabila terpapar larva infektif secara intensif dalam jangka waktu yang lama. Setelah pemaparan diperlukan waktu bertahun-tahun untuk terjadi perubahan patologis yang nyata pada manusia.
Berdasarkan keberadaan mikrofilaria dalam sistes sirkulasi (peredaran darah), tiap spesies filaria memiliki periode munculnya yaitu :
Siklus Hidup
Mikrofilaria berada dalam darah HOSPES UTAMA => masuk ke tubuh HOSPES INTERMEDIET melalui gigitan => Tumbuh menjadi larva dalam jaringan otot => masuk kembali ke dalam tubuh HOSPES UTAMA => menjadi dewasa
MORFOLOGICacing dewasa Wuchereria bancrofti berbentuk seperti benang dan berwarna putih kekuningan. Cacing betina memiliki ekor lurus dan uterus berpasangan, sedangkan cacing jantan memiliki ekor melingkar dan memiliki dua spikula.
SIKLUS HIDUP
Mikrofilaria => Nyamuk => Berkembang menjadi LARVA => infektif => Masuk ke dalam tubuh manusia => Filaria dewasa
Nematoda jaringan dan darah termasuk dalam famili Filaridae karena itu disebut juga dengan cacing Filaria. Cacing Filaria mempunyai lebih dari 200 spesies namun hanya beberapa di antaranya yang terdapat pada manusia. Spesies filaria yang paling sering menginfeksi manusia adalah :
- Wuchereria bancrofti
- Brugia malayi
- Brugia timori
- Onchocerca volvulus
Cara filaria menginfeksi manusia adalah melalui gigitan vektor Artropoda misalnya nyamuk. Vektor ini menjadi infektif karena menelan mikrofilaria yang berada dalam darah mamalia. Setiap filaria memiliki siklus hidup yang kompleks. Infeksi pada manusia terjadi apabila terpapar larva infektif secara intensif dalam jangka waktu yang lama. Setelah pemaparan diperlukan waktu bertahun-tahun untuk terjadi perubahan patologis yang nyata pada manusia.
Berdasarkan keberadaan mikrofilaria dalam sistes sirkulasi (peredaran darah), tiap spesies filaria memiliki periode munculnya yaitu :
- Bila mikrofilaria berada dalam darah pada malam hari disebut periode nokturna
- Bila mikrofilaria berada dalam darah pada siang hari disebut periode diurna
- Bila muncul pada setiap saat disebut nonperiodik
Siklus Hidup
Mikrofilaria berada dalam darah HOSPES UTAMA => masuk ke tubuh HOSPES INTERMEDIET melalui gigitan => Tumbuh menjadi larva dalam jaringan otot => masuk kembali ke dalam tubuh HOSPES UTAMA => menjadi dewasa
Siklus hidup filaria |
Wuchereria bancrofti
- Hospes utama : manusia
- Hospes intermediet/perantara : nyamuk
- Penyakit yang disebabkannya : Filariasis bancrofti
- Terdapat di Asia tenggara
MORFOLOGICacing dewasa Wuchereria bancrofti berbentuk seperti benang dan berwarna putih kekuningan. Cacing betina memiliki ekor lurus dan uterus berpasangan, sedangkan cacing jantan memiliki ekor melingkar dan memiliki dua spikula.
Perbandingan ukuran Wuchereria bancrofti dengan mistar |
SIKLUS HIDUP
Mikrofilaria => Nyamuk => Berkembang menjadi LARVA => infektif => Masuk ke dalam tubuh manusia => Filaria dewasa
PENYAKIT YANG DISEBABKAN
BRUGIA MALAYI DAN BRUGIA TIMORI
(MALAYAN FILARIAL WORM)
- Pada stadium akut : limfadenitis, limfadenitis retrograd, dan elefantiasis
- Dapat mengenai alat genital
Limfadenitis pada Wuchereria bancrofti sampai ke alat genital |
EPIDEMIOLOGI
- Banyak ditemukan di pedesaan dan perkotaan
- Di Indonesia banyak ditemukan di pedesaan
- Vektor di perkotaan : nyamuk CULEX QUINGUEFASCIATUS
- Vektor di pedesaan : nyamuk ANOPHELES Sp. dan AEDES Sp.
- Prevalensi tinggi pada masyarakat dengan sosio ekonomi rendah
BRUGIA MALAYI DAN BRUGIA TIMORI
(MALAYAN FILARIAL WORM)
- B. Malayi => hospes utama : manusia dan mamalia (kera, anjing, kucing)
- B. timori => Hanya pada manusia
- Penyakit yang disebabkan disebut Filariasis Malayi dan Filariasis Timori
- Cacing dewasa hidung di SALURAN dan KELENJAR LIMFE
- Terdapat di negara-negara Asia
- Khusus INDONESIA B. Timori ditemukan di Pulau Timor, Rote, Flores, Alor, dan Kepulauan NTT
MORFOLOGI
- Cacing dewasa berbentuk silindrik seperti benang
- Warna putih kekuningan
- Cacing betina berekor lurus
- Cacing jantan berekor melingkar dengan 2 spikula di ujungnya
- Mirip Wuchereria bancrofti hanya lebih pendek
SIKLUS HIDUP
- Nokturna dan nonperiodik
- Yang hidup pada manusia ditularkan oleh nyamuk Anopheles barbirostris
- Yang hidup pada manusia dan mamalia ditularkan oleh nyamuk Mansonia Sp.
- Masa hidup larva dalam tubuh vektor 10 hari
- Menjadi dewasa dalam tubuh hospes utama dalam 3 bulan
Siklus hidup Brugia malayi |
PENYAKIT YANG DISEBABKAN
- Limfangitis retrograd
- Elefantiasis
- TIDAK PADA ALAT GENITAL
- Organ yang paling sering terkena : Kelenjar limfe tungkai, kelenjar limfe ketiak, dan kelenjar limfe lengan
Limfadenitis (elefantiasis) pada tungkai oleh Brugia malayi |
EPIDEMIOLOGI
Filaria ini tidak ditemukan di perkotaan, dan hanya terdapat di daeran pedesaan karena nyamuk vektornya hidup di rawa-rawa dan sawah di pedesaan.
Faktor yang berperan pada penyakit ini:
MANZONELLA OZZARDI
(FILARIA OZZARDI)
Hospes utama : MANUSIA
Hospes perantara : Simulium Sp dan Culicoides Sp.
Filaria ini hanya ditemukan di daerah Hindia Barat, Amerika Tengah dan Amerika Selatan
Penyakit yang disebabkan nya tidak disertai gejala serius. Gejala yang muncul mulai dari nyeri ekstremitas, kemerahan, dan demam.
Epidemiologi
Pencegahan bergantung pada pemberantasan vektor
ONCHOCERCA VOLVULUS
(AGENT OF RIVER BLINDNESS)
Tidak ditemukan di INDONESIA
Banyak di Afrika dan Amerika Tengah
Penyakit yang disebabkan disebut ONKOSERSOSIS, BLINDING FILARIASIS atau RIVER BLINDNESS
Vektor : Simulium Sp. (serangga)
MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP
Cacing betina lebih besar dari cacing jantan
Cacing betina menghasilkan 1.000 mikrofilaria/hari
Mikrofilaria sering ditemukan dalam kelenjar limfe, stratum germinativum kulit, dan konjungtiva korneal
ASPEK KLINIS
Filaria ini tidak ditemukan di perkotaan, dan hanya terdapat di daeran pedesaan karena nyamuk vektornya hidup di rawa-rawa dan sawah di pedesaan.
Faktor yang berperan pada penyakit ini:
- Sanitasi
- Kebiasaan
- Sosial ekonomi
MANZONELLA OZZARDI
(FILARIA OZZARDI)
Hospes utama : MANUSIA
Hospes perantara : Simulium Sp dan Culicoides Sp.
Filaria ini hanya ditemukan di daerah Hindia Barat, Amerika Tengah dan Amerika Selatan
Penyakit yang disebabkan nya tidak disertai gejala serius. Gejala yang muncul mulai dari nyeri ekstremitas, kemerahan, dan demam.
Epidemiologi
Pencegahan bergantung pada pemberantasan vektor
ONCHOCERCA VOLVULUS
(AGENT OF RIVER BLINDNESS)
Tidak ditemukan di INDONESIA
Banyak di Afrika dan Amerika Tengah
Penyakit yang disebabkan disebut ONKOSERSOSIS, BLINDING FILARIASIS atau RIVER BLINDNESS
Vektor : Simulium Sp. (serangga)
MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP
Cacing betina lebih besar dari cacing jantan
Cacing betina menghasilkan 1.000 mikrofilaria/hari
Mikrofilaria sering ditemukan dalam kelenjar limfe, stratum germinativum kulit, dan konjungtiva korneal
ASPEK KLINIS
- Cacing dewasa tidak patogen
- Klinis oleh mikrofilaria => migrasi ke kelenjar limfe, organ-organ viseral, kulit dan mata
Siklus hidup Onchocerca volvulus |
Simulium Sp. |
Subscribe to:
Posts (Atom)